Kelurahan Karya Baru, Sejarah dan Kepemimpinan
Galampa - Tempat Pertemuan Adat Masyarakat Kel. Karya Baru |
Sejarah
Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau terbentuk secara administratif di tahun 2005, yang merupakan peralihan status dari Desa menjadi Kelurahan. Desa Karya Baru terbentuk sejak tahun 1970 yang dipimpin Kepala Desa Persiapan bernama La Kaindo.
Penduduk Karya Baru adalah migran dari Desa Bugi Lama Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton hasil program Resetlement menuju Desa Karya Baru Kecamatan Wolio Kabupaten Buton. Pada saat itu belum terbentuk Kecamatan Sorawolio. Kecamatan ini baru terbentuk di tahun 1984 dengan status ‘Kecamatan Persiapan Sorawolio’.
Seiring pembentukan Kota Baubau, berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2001, Kota Baubau terdiri dari 4 (empat) Kecamatan. Salah satu di dalamnya Kecamatan Sorawolio bersama dengan 3 kecamatan lainnya, yakni Wolio, Betoambari dan Bungi.
Kecamatan Sorawolio saat itu terdiri dari 4 wilayah, yakni 3 Desa dan 1 keluarahan, masing-masing; Keluarahan Kaisabu Baru, Desa Karya Baru, Desa Bugi dan Desa Gobnda Baru. Di tahun 2005 sebagai dampak peninghkatan status Baubau menjadi daerah otonom bersatus Kota, maka 3 desa dalam wilayah Kecamatan Sorawolio berubah status menjadi Kelurahan. Salah satunya adalah Kelurahan Karya Baru.
Kepemimpinan.
Pemerintahan di Kelurahan Karya Baru tidak lepas dari kepemimpinan sejumlah kepala desa hingga Lurah saat ini, masing-masing;
1. La Kaido (Tahun 1970) – pelaksana Kepala Desa
2. Syarif (Tahun 1970-1975) – Kepala Desa
3. La Pe Api (tahun 1975) Pelaksana Kades selama 6 Bulan
4. Muh. Ali Fatri (1975-1990) Kepala Desa
5. La Samiri Saboku, SH (1990-2000) – Kepala Desa
6. Wahyuddin, S.Ag. (2000-2005) – Kepala Desa
7. La Ijondo (2005-2018) – Lurah
8. H. Sianto, S.Ag. (2018-2022) Lurah
9. Ryan Adi Putra, S.IP (2022 – sampai sekarang) – Lurah.
Sosial Kemasyarakatan
Masyarakat Kelurahan Karya Baru Kecamatan Sorawolio bersub etnik Cia-Cia Laporo, yang dalam sejarah kerajaan dan kesultanan Buton disebut sebagai ‘antona soronga’, dan merupakan salah satu sub etnik terbesar dalam wilayah Buton masa lalu hingga sekarang.
Masyarakat Karya Baru sebagaimana masyarakat Kecamatan Sorawolio pada umumnya, dikenal sebagai masyarakat yang sangat terbuka, memelihara semangat gotong royong, dan religius serta taat dalam memelihara norma adat istiadat. Saat ini Kelurahan Karya Baru, sering dikenal sebagai ‘kampung Korea’ yang merupakan akulturasi kebudayaan antara negara Korea Selatan dengan tulisan ‘hangeul’ serta fonetik berbahasa Cia-cia.
Program akultrasi ini dimulai sejak tahun 2005 di bawah kepemimpinan Wali Kota Dr. H. Mz. Amirul Tamim, M.Si saat itu melalui penyelenggaraan Simposium Penaskahan Nusantara pada 5-7 Agustus 2005 di Baruga Keraton Buton di Kota Baubau. Seorang ahli bahasa Korea bernama Prof. Chun Tae Hyun melakukan kunjungan ke wilayah Sorawolio dan menemukan bahasa Cia-cia yang bisa diakselerasi dalam penulisan huruf khas Korea tersebut.
Program ini terus berjalan, dan di tahun 2009, dibuatlah Memorandum Of Understanding (MoU) antara Pemkot Baubau dengan Pemerintah Korea Selatan untuk pengembangan bahasa dan budaya. Beberapa bentuk kerjasamanya adalah pengiriman tokoh masyarakat, guru, dan pelajar ke Korea untuk belajar bahasa Korea dan huruf Hangeoul. Sementara pihak Korea memberikan bantuan-bantuan fasilitas masyarakat yang berkaitan dengan kerjasama tersebut.
Wilayah:
Kelurahan Karya Baru memiliki batas-batas sebagai berikut; Sebelah Utara: Kelurahan Waliabuku Kecamatan Bung, Sebelah Selatan: Desa Todombulu Kecamatan Sampolawa, Sebelah Barat: Kelurahan Kaisabu Baru dan Sebelah Timur : Kelurahan Bugi. Dengan Orbitrasi (Jarak dari Pusat aPemerintahan) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan: 0,8 Km Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota: 20 Km Jarak dari kota/Ibukota Kabupaten : 15 Km, sementarab Jarak dari Ibukota Provinsi : 222,16 Km.
Saat ini Penduduknya berjumlah 2.221 Jiwa, 551 KK terdiri dari Laki-laki: 1.113 Jiwa, Perempuan : 1.108 Jiwa, dengan pekerjaan yang cukup beragam, dari petani hingga Pegawai Negeri. (Penulis : Hamzah dan H. Sianto )
Tidak ada komentar